tentang wiji thukul
Widji Thukul
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Widji Thukul
|
|
Widji Thukul
|
|
Lahir
|
|
Meninggal
|
Menghilang
pada 27 Juli 1998
|
Pekerjaan
|
Sastrawan,
aktivis
|
Pasangan
|
Siti Dyah
Sujirah
|
Anak
|
Fitri
Nganthi Wani, Fajar Merah
|
Widi Thukul yang merupakan penyair sekaligus aktivis Hak
Asasi Manusia (HAM) Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963 – meninggal di tempat dan waktu yang tidak
diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak
asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Tukul merupakan salah satu tokoh yang
ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejak 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui rimbanya,
dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer[1].
Keluarga
Thukul,
begitu sapaan akrabnya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir dari
keluarga Katolik dengan keadaan ekonomi sederhana. Ayahnya adalah seorang
penarik becak, sementara ibunya terkadang menjual
ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga.[2]
Thukul Mulai
menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia
teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan
kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di
sebuah perusahaan mebel. Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan
istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh.[3]. Tak lama semenjak pernikahannya,
Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian
pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang
diberi nama Fajar Merah.[2]
Pendidikan
Thukul
pernah bersekolah di SMP Negeri 8 Solo dan melanjutkan pendidikannya hingga kelas dua di
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia jurusan tari.[2]. Thukul memutuskan untuk berhenti
sekolah karena kesulitan keuangan. [4]
Aktivitas
Kendati
hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan
anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal. Pada 1994,
terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur. Thukul yang memimpin
massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer.
- Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo.
- Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker)
- Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex.
- Peristiwa 27 Juli 1998 menghilangkan jejaknya hingga saat ini. Ia salah seorang dari belasan aktivis yang hilang.
- April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
- Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas atas hilangnya Thukul berjudul "Thukul, Pulanglah" yang diadakan di Surabaya, Mojokerto, Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Penyebab hilangnya Thukul
Kerusuhan pada Mei 1998 telah menyeret beberapa nama
aktivis kedalam daftar pencarian aparat Kopassus Mawar.[2]. Diantara para aktivis itu adalah
aktivis dari Partai Rakyat Demokratik, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, JAKKER, pengusaha, mahasiswa, dan pelajar yang mengilang terhitung sejak
bulan April hingga Mei
1998. [2]. Semenjak bulan Juli 1996, Thukul
sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain
untuk bersembunyi dari kejaran aparat.[2]. Dalam pelariannya itu Thukul tetap
menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya
berjudul Para Jendral Marah-Marah.[2]. Pada tahun 2000, Sipon melaporkan
hilangnya Thukul pada KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan), namun Thukul belum ditemukan hingga kini.[2]
Korban penculikan
Setelah Peristiwa 27 Juli 1996 hingga 1998, sejumlah aktivis ditangkap, diculik dan hilang, termasuk Thukul. Sejumlah orang masih melihatnya di
Jakarta pada April 1998. Thukul masuk daftar orang hilang sejak tahun 2000.
Karya
Ada tiga
sajak Thukul yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan,
Sajak Suara, dan Bunga dan Tembok (ketiganya ada dalam antologi
"Mencari Tanah Lapang" yang diterbitkan oleh Manus Amici,
Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi tersebut diterbitkan oleh kerjasama
KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta. Nama penerbit fiktif
Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan pemerintah Orde Baru.
- Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo dan Darman dan lain-lain
- Puisi: Bunga dan Tembok[5]
- Puisi: Peringatan
- Puisi: Kesaksian [1]
Prestasi dan penghargaan
- 1989, ia diundang membaca puisi di Kedubes Jerman di Jakarta oleh Goethe Institut.
- 1991, ia tampil ngamen puisi pada Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis; Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta).
- 1991, ia memperoleh Wertheim Encourage Award yang diberikan Wertheim Stichting, Belanda, bersama WS Rendra.
- 2002, dianugerahi penghargaan "Yap Thiam Hien Award 2002"
- 2002, sebuah film dokumenter tentang Widji Thukul dibuat oleh Tinuk Yampolsky.
Komentar
Posting Komentar