MAKALAH JENIS BUNYI BAHASA DAN BUNYI VOKAL
MAKALAH
FONOLOGI
(Jenis Bunyi Bahasa Dan Bunyi Fokal)
MATA
KULIAH:
FONOLOGI
BAHASA INDONESIA
DOSEN:
SAMSUL
ARIFIN M.Pd
DISUSUSN
OLEH:
ARIF
MAULANA A
1688201003
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANGKATAN 2016/2017
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN WIDYA DARMA SURABAYA
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah saya
panjatkan ke hadirat Allah swt karena atas rahmatNYAlah saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Fonologi Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah membaca di jurusan bahasa dan sastra
indonesia IKIP WIDYA DHARMA SURABAYA.
Tidak lupa saya
berterimakasih kepada pihak pihak nara sumber yang memberi informasi untuk
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya untuk saya ,umumnya untuk pembaca. Kritik dan saran saya
nantikan demi perbaikan makalah dalam masa mendatang
Surabaya
APRIL 2017
LATARBELAKANG
Dalam makalah ini saya hanya akan memaparkan mengenai pengertian JENIS BUNYI BAHASA DAN BUNYI FOKAL yang meliputi PENGERTIAN BUNYI BAHASA DAN BUNYI FOKAL , BESERTA KOMPONEN YANG ADA DI DALAMNYA
MANFAAT
Makalah ini memaparkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan JENIS BUNYI BAHASA DAN BUNYI FOKAL yang tentunya berguna untuk para calon guru terutama adik kelas di prodi bahasa indonesia
TUJUAN
Memenuhi tugas yang diberikan dosen sebagai bahan presentasi dalam mata kuliah FONOLOGI BAHASA INDONESI agar saya dan pembaca dapat memahami mengenai pengertian bunyi bahasa dan bunyi fokal
JENIS-JENIS BUNYI BAHASA
1. Bunyi Vokal, Konsonan,
dan Semi Vokal
Bunyi-bunyi vokal, konsonan, dan semi vokal dibedakan
berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan cara, setelah arus udara ke luar dari glotis (celah pita
suara), lalu arus ujar hanya “diganggu” atau diubah oleh posisi lidah dan
bentuk mulut. Misalnya, bunyi [i], bunyi [a], dan bunyi [u]. Sedangkan bunyi
konsonan terjadi setelah arus ujar melewati pita suara diteruskan ke rongga
mulut dengan mendapat hambatan dari artikulator aktif dan artikulator pasif.
Misalnya, bunyi [b] yang mendapat hambatan pada kedua bibir; bunyi [d] yang
mendapat hambatan pada kedua bibir; bunyi [d] yang mendapat hambatan pada ujung
lidah (apeks) dan gigi atas; atau bunyi [g] yang mendapat hambatan pada
belakang lidah (dorsum) dan langit-langit lunak (velum). Sedangkan bunyi semi
vokal adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-mula secara vokal lalu
diakhiri secara konsonan. Karena itu, bunyi ini sering juga disebut bunyi
hampiran (aproksiman). Bunyi semivokal hany ada dua yaitu bunyi [w] yang
termasuk bunyi bilabial dan bunyi [y] yang termasuk bunyi laminopalatal.
2.
Bunyi Oral dan Bunyi Nasal
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan keluarnya arus
ujar. Bila arus ujar ke luar melalui rongga mulut maka disebut bunyi oral. Bila
ke luar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal yang ada
hanyalah bunyi [m] yang merupakan nasal bilabial, bunyi [n] yang merupakan
nasal laminoalveolar atau apikodental, bunyi [ñ] yang merupakan nasal
laminopalatal; dan bunyi [ŋ] yang merupakan nasal dorsovelar.
3.
Bunyi Bersuara dan Bunyi tak Bersuara
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya
getaran pada pita suara sewaktu bunyi itu diproduksi. Bila pita suara turut
bergetar pada proses pembunyian itu,
maka disebut bunyi bersuara. Hal ini terjadi karena glotis pita suara terbuka
sedikit. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain bunyi [b], bunyi [d], dan bunyi
[g]. Bila pita suara tidak bergetar disebut bunyi tak bersuara. Dalam bahasa
Indonesia hanya ada empat buah bunyi tak bersuara, yaitu bunyi [s], bunyi [k],
bunyi [p], dan bunyi [t].
4.
Bunyi Keras dan Bunyi Lunak
Pembedaan kedua bunyi ini berdasarkan ada tidaknya
ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi ini diartikulasikan. Sebuah bunyi
disebut keras (fortis) apabila terjadi karena pernafasan yang kuat dan otot
tegang. Bunyi [t], [k], dan [s] adalah fortis. Sebaliknya sebuah bunyi disebut
lunak (lenis) apabila terjadi karena pernafasan lembut dan otot kendur. Bunyi
seperti [d], [g], dan [z] adalah lenis.
5.
Bunyi Panjang dan Bunyi Pendek
Pembedaan kedua bunyi ini didasarkan pada lama dan
tidaknya bunyi itu diartikulasikan. Baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan
dapat dibagi atas bunyi panjang dan bunyi pendek. Kasus ini tidak ada dalam
bahasa Indonesia, tetapi ada dalam bahasa Latin dan bahasa Arab.
6.
Bunyi Tunggal dan Bunyi Rangkap
Pembedaan ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi
yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel (suku kata). Bunyi
vokal rangkap disebut diftong dan bunyi tungga disebut monoftong. Bunyi rangkap
konsonan disebut klaster. Tempat artikulasi kedua konsonan dalam klaster
berbeda.
7.
Bunyi Nyaring dan Tak Nyaring
Pembedaan kedua bunyi ini berdasarkan derajat
kenyaringan (sonoritas) bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh besar kecilnya
ruang resonansi pada waktu bunyi itu diujarkan. Bunyi vokal pada umumnya
mempunyai sonoritas yang lebih tinggi daripada bunyi konsonan. Oleh karena itu,
setiap bunyi vokal menjadi puncak kenyaringan setiap silabel.
8.
Bunyi Egresif dan Bunyi Ingresif
Pembedaan kedua bunyi ini berdasarkan dari mana
datangnya arus udara dalam pembentukan bunyi itu. Kalau arus udara datang dari
dalam (seperti dari paru-paru), maka bunyi tersebut disebut bunyi egresif; bila
datangnya dari luar disebut bunyi ingresif.
Ada dua macam bunyi egresif, yaitu (a) bunyi egresif
pulmonik, apabila arus udara itu berasal dari paru-paru; dan (b) egresif
glotalik apabila arus udara itu berasal dari pangkal tenggorokan. Bunyi
ingresif juga ada dua macam, yaitu bunyi ingresif glotalik yang prosesnya sama
dengan bunyi egresif glotalik; hanya arus udaranya masuk dari luar. Yang kedua
ialah bunyi ingresif velarik yang terjadi dengan mekanisme velarik, yakni
pangkal lidah dinaikkan ke langit-langit lunak (velum).
9.
Bunyi Segmental dan Bunyi Suprasegmental
Pembedaan kedua bunyi ini didasarkan pada dapat
tidaknya bunyi itu disegmentasikan. Bunyi yang dapat disegmentasikan, seperti
semua bunyi vokal dan bunyi konsonan adalah bunyi segmental; sedangkan bunyi
atau unsur yang tidak dapat disegmentasikan, yang menyertai bunyi segmental
itu, seperti tekanan, nada, jeda, dan durasi (pemanjangan) disebut bunyi atau
unsur suprasegmental atau non segmental.
10.
Bunyi Utama dan Bunyi Sertaan
Dalam pertuturan bunyi-bunyi bahasa itu tidak berdiri
sendiri-sendiri, melainkan saling pengaruh-mempengaruhi baik dari bunyi yang
ada sebelumnya maupun dari bunyi sesudahnya. Begitulah ketika sebuah bunyi
diartikulasikan, maka akibat dari pengaruh bunyi berikutnya terjadi pulalah
artikulasi lain yang disebut artikulasi sertaan atau ko-artikulasi atau
artikulasi sekunder. Maka, pembedaan adanya bunyi utama dan bunyi sertaan ini
didasarkan pada adanya proses artikulasi pertama, artikulasi utama, atau
artikulasi primer, dan adanya artikulasi sertaan.
Bunyi-bunyi sertaan disebut juga bunyi pengiring yang
muncul, antara lain, akibat adanya proses artikulasi sertaan yang disebut :
(a) Labialisasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera atau
ketika bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan [ʷ] pada bunyi
utama. Misalnya, bunyi [t] pada kata < tujuan > terdengar sebagai bunyi
[tʷ] sehingga lafalnya [tʷujuan]. Jadi, bunyi [t] dikatakan dilabialisasikan.
(b) Palatalisasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara tengah lidah dinaikkan mendekati langit-langit
keras (palatum) segera atau ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi
sertaan [ʸ]. Misalnya, bunyi [p] pada kata <piara> terdengar sebagai
bunyi [pʸ] sehingga ucapannya menjadi [pʸara]. Jadi, bunyi [p] telah
dipalatalisasi.
(c) Valerisasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara mengangkat lidah ke arah langit-langit lunak
(velum) segera atau ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi
sertaan [ˣ]. Misalnya, bunyi [m] pada kata <makhluk> terdengar sebagai
bunyi [mˣ], sehingga ucapannya menjadi [mˣaxluk]
(d) Retrofleksi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara ujung lidah ditarik ke belakang segera atau ketika
bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi sertaan [ʳ]. Misalnya, bunyi [k]
pada kata <kertas> terdengar sebagai bunyi [kʳ], sehingga ucapannya
menjadi [kʳertas]. Jadi, bunyi [k] telah diretrofleksikan.
(e) Glotalisasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sesudah bunyi utama diucapkan
sehingga terdengar bunyi sertaan [ˀ]. Misalnya, bunyi [a] pada kata
<akan> terdengar sebagai bunyi [aˀ], sehingga ucapannya menjadi [aˀkan].
(f) Aspirasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara arus udara yang ke luar lewat rongga mulut terlalu
keras sehingga terdengar bunyi sertaan [ʰ]. Misalnya, bunyi [p] pada awal kata
bahasa Inggris <peace> terdengar sebagai bunyi [pʰ], sehinga ucapannya
menjadi [pʰeis].
(g) Nasalisasi, yaitu bunyi sertaan
yang dihasilkan dengan cara memberikan kesempatan arus udara melalui rongga
hidung sebelum atau sesaat bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi
sertaan [ ͫ ]. Hal ini biasa terjadi pada konsonan hambat bersuara, yaitu [b],
[d], dan [g].
BUNYI
VOKAL,KONSONAN,DIFTONG dan KLUSTER
Bunyi Vokal
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan
atau diproduksi, setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari
alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun
horisontal, dan bentuk mulut.
1. Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan
atas:
a. Vokal tinggi atas,
seperti bunyi [i] dan [u]
b. Vokal tinggi bawah,
seperti bunyi [I] dan [U]
c. Vokal sedang atas,
seperti bunyi [e] dan [o]
d. Vokal sedang bawah,
seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
e. Vokal sedang tengah,
seperti bunyi [ə]
f. Vokal rendah, seperti
bunyi [a]
2. Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :
a. Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b. Vokal tengah, seperti bunyi [ə]
c. Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
3. Striktur
Striktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit
keras (palatum). Maka, berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan
menjadi :
a. Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin
mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u]
b. Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c. Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
d. Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah
mungkin, seperti bunyi [a]
4. Bentuk Mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan
:
a. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar.
Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bunda
tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u]
b. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan
bunyi [ɛ]
c. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar
dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat kriteria yang dibicarakan
tersebut, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut :
VOKAL
|
KRITERIA
|
CONTOH KATA
|
[i]
|
Vokal depan, tinggi
(atas), tak bundar, tertutup.
|
<ini>;[i-ni],
<ibu>;[i-bu], <cari>;[ca-ri], <lari>;[la-ri]
|
[ I ]
|
Vokal depan, tinggi
(bawah), tak bundar, tertutup.
|
<pinggir>;[pIng-gIr],
<adik>;[a-dI?]
|
[u]
|
Vokal belakang,
tinggi (atas), bundar, tertutup.
|
<udara>;[u-da-ra],
<utara>;[u-ta-ra]
|
[U]
|
Vokal belakang,
tinggi (bawah), bundar, tertutup.
|
<ukur>;[u-kUr],
<urus>;[u-rUs], <turun>;[tu-rUn]
|
[e]
|
Vokal depan, sedang
(atas), tak bundar, semi tertutup.
|
<ekor> ;
[e-kor]
|
[ɛ]
|
Vokal depan, sedang
(bawah), tak bundar, semi terbuka.
|
<nenek>;[ne-nɛ?],
<dendeng> ; [dɛn-dɛŋ]
|
[ə]
|
Vokal tengah,
sedang, tak bundar, semi tertutup.
|
<elang>;[ə-laŋ],
<emas>;[ə-mas]
|
[o]
|
Vokal belakang,
sedang (atas), bundar, semi tertutup.
|
<toko>;[to-ko]
|
[ɔ]
|
Vokal belakang,
sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
|
<tokoh>;[to-kɔh]
|
[a]
|
Vokal belakang, rendah,
netral, terbuka
|
<cari> ;
[ca-ri]
|
sumber
FONOLOGI BAHASA INDONESIA
ABDUL CHAER
Wynn Las Vegas and Encore Restaurants - JTM Hub
BalasHapusLocated at the heart of Wynn Las Vegas, Encore, to 부산광역 출장안마 the 안성 출장마사지 south is 광양 출장안마 the flagship property 대전광역 출장안마 of Wynn Resorts. While the Wynn Las Vegas hotel offers 전주 출장샵