Cara Gampang menjadi Cipoers by novita rully

Cara Gampang menjadi Cipoers, Penulis Citizen Reporter Harian Surya
Inilah tutorial praktis menjadi cipoers:
1. Pilih kegiatan atau tema tulisan yang sesuai dengan passion. Contohnya, lingkup kerja saya sebagai librarian membuat saya sangat menyukai dunia literasi, pendidikan, parenting dan buku. Selain itu melakukan travelpacker ke perpustakaan di beberapa negara juga tak luput menjadi tema tulisan yang saya kirimkan.
Jika sedang menghadiri acara jadilah peserta yang multitasking. Tidak hanya mengikuti acara tetapi posisikan diri sebagai reporter karena hal itu bisa dibuat bahan tulisan.
2. Patuhi persyaratan menjadi cipoers, yakni tulisan maksimal 350 kata. Jika ingin memastikan block tulisan, klik review selanjutnya klik word count.
Tulisan harus memenuhi kaidah berita antara lain What, Where, When, Who, Why+ How (5W+1H).
Tambahkan identitas diri meliputi foto diri dan Identitas diri.
Kirimkan ke harian.surya@gmail.com dengan subjek Citizen Reporter : judul tulisan beserta lampiran yang terdiri dari foto kegiatan atau pendukung tulisan.
3. Like facebook Surya Online dan Grup Facebook Cipoers, untuk memudahkan informasi mengenai tulisan yang akan dimuat. Jika sudah dimuat di Surya Online otomatis akan dicetak satu hari setelahnya dan akan ditayangkan juga melalui e-paper.
Cipo sejatinya merupakan media gratis bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis, karena editor cipo sangat membantu untuk belajar menulis secara otodidak. Selanjutnya lakukan secara konsisten. Selamat Mencoba.
 

CONTOH 1  :
TEMA : TEMPAT LIBURAN
Tertatih di Bukit Jaddih
Senin, 4 April 2016 14:41

novita rully anggraeny/citizen
Kawasan bukit Jaddih 
Reportase : NOVITA ANGGRAENY RULLY  Dosen/Pengajar Literasi/ Pendongeng  novita.rully11@gmail.com
MADURA menjadi satu dari sekian destinasi liburan terdekat dari Surabaya. Liburan kami kali ini menuju Madura melalui jembatan Suramadu. Rencana awal hanya ingin makan siang di Bebek Sinjay Bangkalan dan setelah itu langsung balik ke Surabaya.
Siapa yang tidak pernah mendengar Bebek Sinjay? Yah, kuliner bebek yang ngehits di telinga masyarakat, dalam segi rasa bebeknya menurut saya sama saja. Namun, yang membedakan dengan rumah makan yang menjual kuliner bebek adalah rasa sambelnya yang nendang banget. 
Meski perjalanan tak terlalu jauh dari Surabaya, perut sudah keroncongan dan kami langsung mengantre begitu tiba di warung Bebek Sinjay.
Antre di Bebek Sinjay adalah perjuangan. Kami harus melewati tiga loket antrean berbeda untuk mendapatkan seporsi bebek.
Antrean pertama, mengantre buat pesan dan membayar.  Antrian dua, setelah bayar dan dapat bon mesti geser ke loket pengambilan minuman, dan antrian tiga : bon ditukar dengan nasi bebeknya. Alhamdulilah, akhirnya  kami dapat menikmati kuliner Madura.
Suasana siang itu sangat mendung, perut sudah kenyang dan siap untuk pulang ke Surabaya. Namun, di parkiran tujuan semula berubah dengan ide mampir di salah satu tempat wisata terdekat dari sini.
Usai browsing akhirnya ketemu wisata alam Bukit Jaddih. Akses menuju lokasi itu ternyata tak mudah. Bila naik mobil, pengunjung harus melalui medan terjal.
Tempat wisata ini menjadi buah bibir di Instagram saat ini. Awalnya, Bukit Jaddih merupakan bukit penambangan batu kapur putih yang tidak dibuka untuk umum. Namun, lama kelamaan beralih fungsi menjadi lokasi wisata untuk umum.
Karena lokasi ini merupakan penambangan batu kapur di wilayah Bangkalan, kami pun masih bertemu lalu lalang truk bermuatan batu kapur. Di sana sini pun kami masih melihat penambang memotong batu kapur.
Bagaikan menemukan permata, Bukit Jaddih begitu membelalakan mata. Kami diajak untuk terus mengingat dan mengucapkan syukur karena ciptaan Allah SWT. Subhanallah, Bukit Jaddih indah sekali.
Lokasinya sangat bagus untuk mengabadikan momen dengan berfoto dan video. Namun, di situ tak hanya ada bukit kapur, tetapi juga kolam renang  goa potte.
Di beberapa titik di dinding bukit Jaddih itu juga terdapat beraneka gambar ukiran. Berada di atas bukit, seolah olah berada di padang safana yang terik, sebab di sana jarang ditemui pohon maupun permukiman untuk berteduh.
Satu jam menikmati keindahan Bukit Jaddih dengan guyuran hujan datang, akhirnya kali ini kami benar-benar pulang ke Surabaya.








CONTOH 2 :
TEMA : BUKU YANG DI BACA
Citizen Reporter
Waspadailah 11 Menit Paling Kritis dalam Hidup Anda
Rabu, 16 Maret 2016 17:32
 
Reportase : NOVITA RULLY ANGGRAENY Dosen/pengajar kelas literasi/pendongeng  @Novita_MendongengSBY
CRITICAL Eleven menjadi novel penghibur saya selama satu pekan ini. Novel setebal 339 halaman ini menawarkan sosok Ale dan Anya. Ini pertama kalinya saya membaca novel karya Ika Natassa dan langsung jatuh cinta dengan membaca beberapa halaman awal. Mengasyikan walau sambil mengernyitkan dahi karena sebagian cerita ditulis menggunakan kalimat berbahasa Inggris.
Novel yang sanggup membuat pembaca jungkir balik menahan perasaan selama membacanya. Benar-benar merasakan ikatan dan emosi yang kuat, bisa merasakan semua perasaan yang berkecamuk di antara Ale dan Anya.
Dalam novel Critival Eleven (C11) ini dikisahkan, Anya menyukai bandara. Keduanya bertemu pertama kali juga di bandara. Bepergian menggunakan pesawat namun benci untuk terbang. Bukan masalah terbangnya, tetapi masalah menyerahkan nasib di tangan orang lain selama berada di pesawat dan tak bisa kemana-mana.
Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat —tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing— karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.
Sama halnya dengan dunia penerbangan, saat pertemuan pertama dengan seseorang ada tiga menit pertama paling kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk. Lalu ada delapan menit sebelum berpisah —delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu dan menikah, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.
Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan setelah berumah tangga. Permasalahan dalam rumah tangga Ale dan Anya yang hampir membuat mereka berpisah. All I could think about marriage is the sweetness, the endless love and passion.
Tapi ternyata pernikahan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Novel C11 ini membuat terhanyut pembacanya dituliskan seperti kepingan puzzle, setiap kejadian dituturkan begitu detail oleh Ika Natassa.
Saya menikmati alur cerita yang ditutup dengan kebahagiaan Anya dan Ale. Mengharukan di beberapa bagian. Akhirnya, selesai juga menemani kisah Ale dan Tanya. Buku ini wajib dibaca sehingga dapat belajar dari cerita Anya dan Ale.






CONTOH 3 :
TEMA : KULINER
Citizen Reporter
Ah Ini Dia Pemuas Lapar Cara Blitar
Kamis, 24 Maret 2016 18:50

istimewa
ilustrasi 
Reportase : NOVITA RULLY ANGGRAENY Dosen/pengajar literasi/pendongeng  @Novita_MendongengSBY
PERNAH tinggal selama 17 Tahun di Blitar, perasaan rindu untuk pulang selalu berkecamuk. Tak pelak, Blitar selalu menjadi tempat favorit untuk membasuh penat.
Terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, Blitar berjarak 167 Km barat daya Surabaya ini dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir Presiden Soekarno.
Kota Proklamator dan Kota Patria, Kota Peta (Pembela Tanah Air) menjadi julukan lain Blitar, kota yang sarat jejak sejarah.
Memiliki Candi Penataran di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar laik disambangi sebagai kota wisata sejarah. Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, sisi utara Blitar.
Candi Penataran juga dilengkapi dengan wisata kolam renang Penataran yang berdekatan dengan museum. Hanya membayar Rp 5.000 pengunjung dapat menikmati fasilitas yang cukup lengkap di sana.
Mumpung berada di Blitar, Istana Gebang, kampung cokelat, water park Sumber Udel, kolam renang Herlingga, taman Kebon Rojo, argowisata Karangsari, pantai Jolosutro, petilasan Rambut Monte, wisata alam goa Embultuk, laik disambangi.
Satu hal yang pasti, liburan di Blitar tak lengkap jika perut kelaparan. Rumah makan dan café Penataran di Jalan Kalimantan ini menjadi pilihan.
Dari ragam menu yang ditawarkan, saya tergoda mencoba nasi goreng selimut dadar telur, nasi goreng puncak semeru, gurami bakar asam manis dan sambel petai, tahu cocol petis, plus yang segar, es gunung kidul dan es mahameru.
Wow... Rasa lapar berpadu penasaran akhirnya terpuaskan dengan nasi goreng puncak semeru. Alhamdulillah, nikmat sungguh... Saat petualangan rasa dipungkasi dengan kesegaran es mahameru.
Soal harga, jelas bersahabat dengan dompet saya. Seporsi nasi goreng selimut telur dadar Rp 12.000,  tahu petis Rp 6.000, dan es gunung kidul Rp 10.000.
Ah, kerinduan ini pupus sudah...











CONTOH 4 :
TEMA : REPORTASE SUATU ACARA
Citizen Reporter
Satu Jam Belajar pada Najwa Shihab
Sabtu, 16 April 2016 17:08

novita rully anggraeny/citizen dokumen
Najwa Shihab dan penulis  
Reportase : Novita Rully Anggraeny Dosen/pengajar literasi/pendongeng @Novita_MendongengSBY
KAMIS, 14 April 2016, meet and greet bersama Najwa Shihab digelar di auditorium UK Petra Surabaya. Siapa yang tak kenal dengan host program Mata Najwa ini? 
Kehadiran Najwa Shihab, putri kedua Quraisy Shihab, Menteri Agama era Kabinet Pembangunan VII ini membahas kehidupannya sebagai wartawan (presenter) dan buku Mantra di Layar Kaca yang menceritakan perjalanannya di acara Mata Najwa. Buku yang ditulis oleh Fenty Effendy.
Perempuan yang biasa di sapa Nana ini mengaku bersyukur karena  mendapat kesempatan untuk belajar terus menerus. Baginya belajar adalah investasi terbesar walaupun terkadang harus dipaksa untuk belajar.
Saat menjadi wartawan politik, ia harus memiliki strategi sebelum menemui narasumber. Yakni menguasai terlebih dulu latar belakang  narasumber atau rekam jejak, posisi terakhir menjabat, kemampuan narasumber, menguji fakta terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang valid dan mampu mengungkap kebiasaan pejabat di Indonesia yang menutupi segala hal yang sudah jelas dan mengumbar hal yang sudah diketahui orang banyak.
Namun, sebagai  wartawan politik Nana mengakui sering menerima teror ketika mengangkat isu-isu politik yang berhubungan dengan kebijakan publik. Teror yang diterimanya masih dianggap ringan. Yakni, teror lewat SMS dan ledekan, dibandingkan dengan wartawan yang berada di lapangan lebih berat.
Isu-isu yang diangkatnya memang bertujuan mengungkap kebenaran yang harus diketahui publik. Contohnya kasus Setya Novanto yang namanya pertamakali disebut dalam program Najwa Shihab. Meski berakibat programnya  menghadapi masalah hukum karena dianggap membuka rahasia negara.
Kini, masyarakat disuguhi banyak pilihan dalam menonton TV dan berharap acara yang bermutu yang ditayangkan memberikan informasi yang tepat. Itu sebabnya membuat program TV berkualitas merupakan tanggung jawab yang berat.
Dalam acara yang juga ditandai dengan bedah buku Mantra di Layar Kaca karya Fenty Effendy itu, presenter kelahiran Makassar itu mengingatkan kepada calon wartawan dan pemilik media untuk tidak memandang pemberitaan hanya dari satu sisi. Nana berpesan, tugas wartawan dan media memang tidak mudah, profesi yang seharusnya menjadi kebanggaan karena mampu memberikan dampak kepada masyarakat yang membutuhkan informasi sesuai kebenaran.
Berbanggalah dengan profesimu saat ini, jika perasaan itu belum ada dalam dirimu belajarlah untuk menciptakan rasa bangga karena jika tetap tidak bangga dengan profesimu, yang kamu lakukan itu sia-sia semata.







CONTOH 5 :
TEMA : FILM
Citizen Reporter
Inilah Tiket menuju Surga yang Tak Dirindukan
Kamis, 30 Juli 2015 19:06

istimewa
surga yang tak dirindukan 
Catatan Novita Rully Anggraeny Penikmat film/owner Azzahra Hijab Surabaya
MELIHAT gempita di media sosial setelah menonton Film Surga yang Tak Dirindukan (2015) membuat saya bergejolak ingin melihat langsung film yang mengambil lokasi syuting di Yogyakarta ini.
Didukung pemain utama Fedy Nuril (Pras), Laudya Cytntia Bella (Arini), dan Raline Syah (Meirose), juga diramaikan Kemal Palevi, Tanta Ginting, dan Zaskia Adya Mecca. Diangkat dari novel best seller dengan judul sama karya Asma Nadia.
Ketika antre membeli tiket film Surga Yang Tak Dirindukan dari kejauhan tampak orang berbondong-bondong keluar studio 3. Hampir sebagian penonton saat itu perempuan dan sebagian mata mereka sembab tak terkecuali ada yang menutup sebagian muka dengan tisu. Situasi seperti itu membuat saya semakin tak sabar menontonnya.
Awalnya penonton diajak lebih dekat mengenal sosok Arini, pendongeng yang aktif di sebuah panti asuhan. Pras, lelaki yang kuat dan baik hati tetapi masa lalunya ketika melihat sang ibu bunuh diri di depan matanya, membuatnya mengalami traumatik mendalam.
Pras bertemu dengan Citra Arini di panti. Dari Kejauhan Pras melihat Arini mendongeng madani, "surga hanyalah tempat untuk orang-orang yang bersyukur dan ikhlas." Kata-kata yang membuat Pras jatuh hati dan memutuskan meminang Arini.
Sungguh, apa yang sudah mendapatkan ridho orangtua dan Allah SWT segala hal akan dimudahkan, dipertemukan dan ini yang dinamakan jodoh. Arini dan Pras hidup bahagia dan memiliki putri kecil Nadia (Sandrinna Michelle).
Mereka menuju surga pernikahan seperti halnya surganya istri ada di suami, surganya suami ada di ibunya. Namun, Arini tergores karena kebaikan sang suami. Ia tak pernah menyangka usai melepas suaminya untuk bekerja, di kantong saku suaminya terdapat struk obat atas nama bayi Muhammad Akbar.
Ternyata itu putra wanita cantik bernama Meirose (Raline Shah) yang dinikahi Pras. Wanita mana yang rela membagi cinta suaminya dengan wanita lain? Betapa pedih, marah dan kecewanya Arini.
Sang sutradara Kuntz Agus terbilang sukses menguras air mata. Para pemain menyuguhkan kekuatan cerita tanpa menambah dramatisasi yang berlebihan atau mengurangi pesan yang ingin disampaikan.
Selain cerita yang kuat, film ini juga menawarkan pesona budaya dan alam Yogyakarta sebagai latar cerita yang dibalut sinematografi elegan.
Asma Nadia cukup piawai dalam mengolah cerita sekaligus makna di baliknya. Isu poligami dengan segala kontroversinya diungkap dalam sisi berbeda, sehingga mampu membuka cakrawala pola pikir penontonnya. Nilai agama yang dibawakan pun tak terkesan menggurui.
Surga Yang Tak Dirindukan setidaknya sanggup memboyong kembali penonton yang jarang ke bioskop untuk menonton dan pulang membawa air mata serperti yang saya alami.
 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DE SOEMATRA

MAKALAH JENIS BUNYI BAHASA DAN BUNYI VOKAL

TUGAS PPKN WIJI THUKUL SANG PENYAIR DEMONSTRAN