Nativisme
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Nativistik
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran ini adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880 dan Noam Chomsky pada awal tahun 1960.
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation. Sehingga ia menegaskan bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena:
1) Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa berlaku universal, dan lingkungannya hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
2) Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, tidak bergantung pada lamanya latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.
Melalui teori ini Arthur Schopenhauer juga menegaskan bahwasannya yang buruk akan menjadi buruk dan yang baik akan menjadi baik tanpa terpengaruh lingkungan yang ada. Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem bahasa anak-anak bekerja.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau ditinggalkan.
2.2. Sejarah Teori Nativistik
Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan dan kemampuan berbahasa merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisme (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan dan pemerolehan bahasa anak ditentukan dan diperolah oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati.
Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Teori ini sebagai lawan dari teori behavioristik yaitu .kemampuan berbahasa seorang anak diperoleh dari lingkungan yang membentuk seorang anak tersebut. Teori ini memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan TIDAK ditentukan oleh factor pendidikan dan lingkungan yang ada pada anak tersebut Kemampuan berbahasa ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak, Kemampuan berbahasa seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa fator intern diantaranya:
1. Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah Ketika ada kegiatan ekstra kulikuler pidato anak tersebut tertarik untuk mengikuti guna mengembangkan bakat yang ada pada dirinya.
3. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik
a. Kelebihan
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
2.Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
3.Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.
b. Kekurangan
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.
2.4 Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran
Implikasi teori Nativisme terhadap pendidikan/pembelajaran yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu peranan pendidikan atau sekolah sedikit sekali dapat dipertimbangkan untuk dapat mengubah perkembangan peserta didik. Akan tetapi hal yang demikian justru bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sudah ternyata sejak zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha mendidik generasi muda, karena pendidikan itu hal yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan.
Jadi konsepsi Nativisme ini tidak dapat dipertahankan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
2.5 Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan
Telah cukup banyak dibicarakan hal-ikhwal tentang pendidikan, baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, baik secara fisik maupun rohaninya dalam proses pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori nativisme. Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya pembawaan.
Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.
Telah dibahas pada sebelumnya bahwa teori nativisme berpendapat tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir, serta faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang baik akan mempunyai bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsure genetic individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation.
3.2 Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan Teori Belajar Bahasa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, abdul. Psikolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta, 2009
Komentar
Posting Komentar